Suku Papua Asmat tinggal di Irian Jaya sebelah tenggara, sepanjang garis pantai di antara sungai Muras besar di sebelah barat dan sugai Ewta di sebelah timur. Asmat berarti “penduduk sejati”
. Orang suku Asmat mempunyai kepercayaan bahwa mereka berasal dari Fumeripits, Sang Pencipta. Konon Fumeripits terdampar dalam keadaan tidak sadarkan diri, namun nyawanya di selamatkan oleh sekelompok burung, dan kemudian pulih dan hidup sendirian di daerah baru tersebut. Karena merasa kesepian, ia lantas membangun sebuah rumah panjang yang di isi dengan patung-patung dari kayu hasil ukirannya. Sang pencipta itu merasa kesepian, dan membuat sebuah tifa (alat musik semacam gendang). Sejak saat itu Fumeripits terus mengembara dan di setiap daerah singgahannya ia membangun rumah panjang dan menciptakan manusia-manusia baru yang kemudian sekarang di kenal sebagai orang Suku Asmat.
Dalam kepercayaannya Suku Asmat sangat berhubungan erat dengan alam sekitarnya. Mereka percaya bahwa di alam ini di diami oleh roh-roh, jin-jin , dan mahluk halus yang mereka sebut setan. Mereka membagi setan dalam 2 golongan, setan yang membahayakan hidup manusia, seperti setan yang terjadi karena seorang perempuan yang sedang hamil meninggal. Dan setan yang tidak membahayakan yang hanya menakut-nakuti dan menggangu saja.
Suku Asmat juga percaya dengan kekuatan-kekuatan magis yang kebanyakan dalam bentuk tabu. Kekuatan magis bisa di gunakan untuk menemukan barang yang hilang karena kecurian dan untuk menunjukan seiapa pencurinya.
Keturunan Fumeripits mewarisi bakat memahat dan mengukir dari sang penciptanya, s
eperti: membuat patung kayu, membuat tifa, membuat rumah ,menari, mencari makan.
Untuk megukir wow-ipits mengunakan alat-alat sederhana seperti: kapak batu, gigi binatang dan kulit siput. Bagi mereka kapak batu merupakan barang yang sangat berharga, yang hanya bisa di dapat dengan pertukaran. Tapi seiring dengan majunya modernisasi kapak kayu sudah di ganti dengan kapak besi dan barang mengukir lainnya sudah di ganti dengan barang yang lebuh modern. Suku Asmat hanya mengenal 3 macam warna, yaitu: merah(yang di dapat dari pencampuran tanah merah dengan air), warna putih(di dapat dari hasil pembakaran kerang tertentu yang di campur dengan air), dan warna hitam ( di dapat dari pencampuran arang dan air).
Suku Asmat memiliki 2 macam rumah: rumah keluarga dan rumah bujang. Rumah bujang merupakan tempat tinggal kaum pria, akan tetapi kadang satu keluarga dapat tinggal untuk sementara sampai ia memiliki tempat tinggal sendiri. Rumah bujang merupakan pusat kegiatan yang bersifar sakral atu keagamaan dan juga yang bersidat non keagamaan.
Itulah yang dapat saya jelaskan tentang Suku asmat di irian jaya, semoga bisa menjadi refrensi dalam menjajaki budaya, sejarah dan keanekaragaman indonesia, ....salam kRiboooooo....
Sumber: dari berbagai sumber.
